Prodi DKV IT Telkom Purwokerto Adakan Creative Sharing Bicara Ekonomi Kreatif

Kamis, (21/7) prodi Desain Komunikasi Visual (DKV) IT Telkom Purwokerto mengadakan acara creative sharing secara daring melalui zoom meeting. Acara diikuti oleh dosen dan mahasiswa DKV, serta para pelaku ekonomi kreatif di Banyumas. Riri Irma Suryani, M.Sn dan Gilang Ramadhan, M.Sn selaku dosen prodi DKV berkesempatan untuk memandu creative sharing. Acara dibuka secara langsung oleh Arsita Pranindita, S.Sn.,M.Sn. selaku Ketua Program Studi (Kaprodi) DKV IT Telkom Purwokerto.

Mengangkat tema tentang Ekosistem Kreatif, acara creative sharing kali ini mengundang seniman asal Semarang, Adin Hysteria. Ekosistem kreatif merupakan sebuah sistem untuk menciptakan kegiatan-kegiatan kreatif yang terus menerus dan mempunyai nilai.  

Dokumentasi mas Adin Hysteria saat sedang berdiskusi bersama dengan para hadirin

Sosok Adin sendiri merupakan seorang penggerak kesenian dan ekonomi kreatif pada anak muda, melalui komunitas Hysteria. Perjalanannya menuju ke dunia seni berawal dari kesukaannya terhadap sastra, seni rupa, teater, dan pertunjukan melalui kegiatan kemahasiswaan yang ada di kampusnya dulu. Diawali dari hobi dan rasa ingin tahunya terhadap apa yang ia geluti, hingga muncul kesadaran untuk terlibat dalam aktivisme kota. Saat ini dia juga menjadi ketua Komite Ekonomi Kreatif Jawa Tengah. (Provigil)  

Kaprodi DKV ITTP mengatakan bahwa salah satu alasan mengundang Adin karena pengalamannya yang luas dan sudah tour ke 40 kota. Ia didatangkan untuk membahas isu-isu kota saat ini yang selalu dibarengi dengan acara-acara yang sifatnya kreatif seperti pameran, festival, UMKM, kesenian, brand, dan desa wisata. 

Dokumentasi Kaprodi S1 DKV ITTP, Arsita Pranindita, S.Sn.,M.Sn saat memberikan sambutan

“Mas Adin adalah tokoh yang sudah pengalaman menggerakan acara seperti itu. Untuk menyelenggarakannya perlu dukungan dari berbagai kelompok dan komunitas. Harapannya teman-teman Purwokerto yang hadir saat ini bisa mendengarkan cerita dari Mas Adin tentang bagaimana tips & trik mengelola komunitas kreatif dan produk-produk kreatif agar bisa bergabung membentuk ekosistem ekonomi kreatif yang baik di Purwokerto” jelas Arsita.

Dalam paparannya, Adin banyak bercerita tentang proses berkaryanya dari nol hingga sukses saat ini serta eksperimen yang dilakukannya. Ia juga menjelaskan tentang peran ekonomi kreatif terhadap perekonomian nasional yang cukup besar. 

“Berawal dari banyaknya ide dan gagasan yang muncul, kemudian kita coba membuat platform dan mengadakan acara mulai dari yang kecil dan hanya dihadiri segelintir orang, hingga menjadi besar seperti sekarang ini. Hanya bermodalkan satu komputer tabung, layout pun sewa Rp 3000 per jam saat tahun 2007 silam” terang Adin.

Saat itu dana yang dipunya juga tidak besar. Namun dengan segala keterbatasan, mencoba untuk serius maka kesuksesan juga mengikuti.

“Walaupun dana terbatas, kami tetap konsisten membuat acara. Hingga akhirnya kita melakukan residensi ke Eropa, tiga kali ke Jerman, Selandia Baru dan Jepang. Ada juga teman yang kita kirim ke Singapura, Malaysia dan Taiwan” tambahnya.

Berawal dari keisengan yang kemudian perlahan mulai diseriusi, Adin juga sempat membantu Gubernur Jawa Tengah dalam Dewan Kesenian Kota Semarang selama dua periode dan di Komite Ekonomi Kreatif. 

Dokumentasi gambaran acara creative sharing

Setelah proses pemaparan materi dilanjutkan dengan sesi diskusi. Novanda Alim Setya Nugraha, Kepala Bagian Kemahasiswaan ITTP yang juga aktif dalam industri pariwisata sempat menyinggung tentang kota kreatif. Dia mengatakan bahwa IT Telkom Purwokerto sudah terlibat di tim penyusunan dan pendamping Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia atau P3MI, Banyumas Menuju Kota Kreatif, dan Banyumas Digital Village binaan ekonomi kreatif IT Telkom Purwokerto.

Program studi Desain Komunikasi Visual (DKV) IT Telkom Purwokerto turut mengawal ekosistem kreatif di Banyumas dan berharap agar kalangan mahasiswa dapat terus berkarya menciptakan ekosistem kreatif di Banyumas. Harapannya, setiap mahasiswa mempunyai satu startup rintisan yang dibuat sebelum mereka lulus dari ITTP. Jadi setelah mereka lulus, artinya selangkah lebih maju dari yang lain, tinggal mengembangkan apa yang sudah ada. (EKO)

Komentar

Maaf, Anda tidak bisa menulis komentar di post ini

Baca Berita terkait